1. Para pemimpin sesat:
Dari Aus yang berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
Dari Aus yang berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
«إِنِّي لاَ أَخَافُ عَلىَ أُمَّتيِ إِلاَّ الأَئِمَّةَ المُضَلِّينَ»
“Aku tidak takut (ujian yang akan menimpa) pada umatku, kecuali (ujian)
para pemimpin sesat.” (HR. Ibnu Hibban). Sufyan as-Tsauri menggambarkan
mereka dengan mengatakan: “Tidaklah kalian menjumpai para pemimpin
sesat, kecuali kalian mengingkari mereka dengan hati, agar amal kalian
tidak sia-sia.”
2. Para pemimpin bodoh:
Dari Jabir bin Abdillah bahwa Rasulullah Saw berkata kepada Ka’ab bin Ajzah:
Dari Jabir bin Abdillah bahwa Rasulullah Saw berkata kepada Ka’ab bin Ajzah:
«أَعَاذَكَ اللهَ مِنْ إمَارَةِ السُّفَهَاءِ »
“Aku memohon perlindungan untukmu kepada Allah dari kepemimpinan
orang-orang bodoh.” (HR. Ahmad). Dalam hadits riwayat Ahmad dikatakan
bahwa pemimpin bodoh adalah pemimpin yang tidak mengikuti petunjuk dan
sunnah Rasulullah Saw. Yakni pemimpin yang tidak menerapkan syariah
Islam.
3. Para pemimpin penolak kebenaran, penyeru kemungkaran.
Dari Ubadah bin Shamit berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
Dari Ubadah bin Shamit berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
«سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ أُمَرَاءُ يَأْمُرُونَكُمْ بِمَا لاَ تَعْرِفُونَ
وَيَفْعَلُونَ مَا تُنْكِرُونَ فَلَيْسَ لاِؤلَئِكَ عَلَيْكُمْ طَاعَةٌ»
“Kalian akan dipimpin oleh para pemimpin yang memerintah kalian dengan
hukum yang tidak kalian ketahui (imani). Sebaliknya, mereka melakukan
apa yang kalian ingkari. Sehingga terhadap mereka ini tidak ada
kewajiban bagi kalian untuk menaatinya.” (HR. Ibnu Abi Syaibah)
4. Para penguasa yang memerintah dengan mengancam kehidupan dan mata pencaharian.
Dari Abu Hisyam as-Silmi berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
Dari Abu Hisyam as-Silmi berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
«سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ أَئِمَّةٌ يَمْلِكُوْنَ رِقَابَكُمْ
وَيُحَدِّثُوْنَكُمْ فَيَكْذِبُونَ، وَيَعْمَلُوْنَ فَيُسِيؤُونَ، لا
يَرْضَوْنَ مِنْكُمْ حَتَّى تُحَسِّنُوا قَبِيْحَهُمْ وَتُصَدِّقُوْا
كَذِبَهُمْ، اعْطُوْهُمُ الحَقَّ مَا رَضُوا بِهِ»
“Kalian akan
dipimpin oleh para pemimpin yang mengancam kehidupan kalian. Mereka
berbicara (benjanji) kepada kalian, kemudian mereka mengingkari
(janjinya). Mereka melakukan pekerjaan, lalu pekerjaan mereka itu sangat
buruk. Mereka tidak senang dengan kalian hingga kalian menilai baik
(menuji) keburukan mereka, dan kalian membenarkan kebohongan mereka,
serta kalian memberi pada mereka hak yang mereka senangi.” (HR.
Thabrani).
5. Para pemimpin yang mengangkat pembantu orang-orang jahat, dan mengakhirkan shalat (mengabaikan syariah).
Dari Abu Hurairah ra yang berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
Dari Abu Hurairah ra yang berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
« يَكُونُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ أُمَرَاءُ ظَلَمَةٌ، وَوُزَرَاءُ
فَسَقَةٌ، وَقُضَاةٌ خَوَنَةٌ، وَفُقَهَاءُ كَذَبَةٌ، فَمَنْ أَدْرَكَ
مِنْكُمْ ذَلِكَ الزَّمَنَ فَلا يَكُونَنَّ لَهُمْ جَابِيًا وَلا عَرِيفًا
وَلا شُرْطِيًّا»
“Akan ada di akhir zaman para penguasa
sewenang-wenang, para pembantu (pejabat pemerintah) fasik, para hakim
pengkhianat, dan para ahli hukum Islam (fuqaha’) pendusta. Sehingga,
siapa saja di antara kalian yang mendapati zaman itu, maka sungguh
kalian jangan menjadi pengunpul pajak, pemimpin, dan polisi.” (HR.
Thabrani).
6. Para pemimpin diktator (kejam).
Rasulullah Saw bersabda:
Rasulullah Saw bersabda:
«إِنَّ شَرَّ الوُلاَةِ الحُطَمَةُ»
“Sesungguhnya seburuk-buruknya para penguasa adalah penguasa
al-huthamah (diktator).” (HR. Al-Bazzar). Pemimpin al-huthamah
(diktator) adalah pemimpin yang menggunakan politik tangan besi terhadap
rakyatnya.
Dari Abu Layla al-Asy’ari bahwa Rasulullah Saw bersabda:
«وسَيَلي أُمَرَاءُ إنْ اسْتُرْحِمُوا لَمْ يَرْحَمُوا، وإنْ سُئِلُوا الحَقَّ لَمْ يُعْطُوا، وإِنْ أُمِرُوا بالمَعْرُوفِ أَنْكَرُوا، وسَتَخَافُوْنَهُمْ وَيَتَفَرَّقَ مَلأُكُمْ حَتى لاَ يَحْمِلُوكُمْ عَلى شَيءٍ إِلاَّ احْتُمِلْتُمْ عَلَيْهِ طَوْعاً وَكَرْهاً، ادْنَى الحَقِّ أَنْ لاَ تٌّاخُذُوا لَهُمْ عَطَاءً ولا تَحْضُروا لَهُمْ في المًّلاَ»
«وسَيَلي أُمَرَاءُ إنْ اسْتُرْحِمُوا لَمْ يَرْحَمُوا، وإنْ سُئِلُوا الحَقَّ لَمْ يُعْطُوا، وإِنْ أُمِرُوا بالمَعْرُوفِ أَنْكَرُوا، وسَتَخَافُوْنَهُمْ وَيَتَفَرَّقَ مَلأُكُمْ حَتى لاَ يَحْمِلُوكُمْ عَلى شَيءٍ إِلاَّ احْتُمِلْتُمْ عَلَيْهِ طَوْعاً وَكَرْهاً، ادْنَى الحَقِّ أَنْ لاَ تٌّاخُذُوا لَهُمْ عَطَاءً ولا تَحْضُروا لَهُمْ في المًّلاَ»
“Dan berikutnya adalah para pemimpin jika mereka diminta untuk
mengasihani (rakyat), mereka tidak mengasihani; jika mereka diminta
untuk menunaikan hak (rakyat), mereka tidak memberikannya; dan jika
mereka disuruh berlaku baik (adil), mereka menolak. Mereka akan membuat
hidup kalian dalam ketakutan; dan memecah-belah tokoh-tokoh kalian.
Sehingga mereka tidak membebani kalian dengan suatu beban, kecuali
mereka membebani kalian dengan paksa, baik kalian suka atau tidak.
Serendah-rendahnya hak kalian, adalah kalian tidak mengambil pemberian
mereka, dan tidak kalian tidak menghadiri pertemuan mereka.” (HR.
Thabrani).
7. Para penguasa zindik (pura-pura iman).
Dari Ma’qil bin Yasar bahwa Rasulullah Saw bersabda:
Dari Ma’qil bin Yasar bahwa Rasulullah Saw bersabda:
«صِنْفَانِ مِنْ أُمَّتِي لَنْ تَنَالَهُمَا شَفَاعَتِي: إِمَامٌ ظَلُومٌ، وَكُلُّ غَالٍ مَارِقٍ»
“Dua golongan umatku yang keduanya tidak akan pernah mendapatkan
syafa’atku: pemimpin yang bertindak lalim, dan orang yang berlebihan
dalam beragama hingga sesat dari agama.” (HR. Thabrani).
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ
هَارُونَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ قُدَامَةَ الْجُمَحِيُّ عَنْ
إِسْحَقَ بْنِ أَبِي الْفُرَاتِ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي
عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ
وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ
فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا
الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
Akan datang kepada masyarakat tahun-tahun yang penuh tipuan. Pada
tahun-tahun itu pembohong dipandang benar, yang benar dianggap bohong;
pada tahun-tahun tersebut pengkhianat diberi amanat, sedangkan orang
yang amanah dianggap pengkhianat. Pada saat itu yang berbicara adalah
ruwaibidhah.” Lalu ada sahabat bertanya, “Apakah ruwaibidhah itu?”
Rasulullah menjawab, “Orang bodoh yang berbicara/mengurusi urusan
umum/publik.” (Dalam riwayat lain disebutkan, ruwaibidhah itu adalah
“orang fasik yang berbicara/mengurusi urusan umum/publik” dan “al-umara
[pemerintah] fasik yang berbicara/mengurusi urusan umum/publik”) (HR
Ahmad, Ibnu Majah, Abu Ya’la dan al-Bazzar).
SHARE yuk, semoga bermanfaat buat kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar